Cinta bukan hanya sekedar rasa, tapi juga tanggungjawab


Semua orang pasti menginginkan kisah cinta dan pernikahannya akan selalu memberi kebahagiaan, namun tak sedikit juga pernikahan yang berakhir di meja hijau dan bahkan menyisakan luka dihati ataupun fisik (kekerasan dalam rumah tangga). Masalah dalam suatu hubungan pasti akan selalu ada, namun tergantung bagaimana kita menyikapi masalah itu apakah sebagai pembelajaran untuk  memperbaiki hubungan atau sebagai alasan untuk berpisah.  

Banyak orang yang menganggap pernikahan sebagai beban sosial. Pertanyaan " Kapan menikah?" "Kapan nyusul ke pelaminan?" "Cepat lamar dia, malu sama tetangga!". Ada juga yang menjadikan pernikahan sebuah prestasi ketika bisa menikah muda. Saya pribadi tidak mempermasalahkan dia menikah muda atau tua, dan menikah atau tidak, hanya saja ingin membagi padangan saya tentang pernikahan itu bukan soal cepat atau lambat tapi tentang mampu membahagiakan atau tidak?

Ada kalanya kita juga harus berpikiran negatif terhadap sesuatu termasuk terhadap suatu hubungan pernikahan. Agar tidak terbuai dengan angan dan anggapan bahwa pernikahan akan selalu membawa kebahagiaan namun akhirnya tersakiti dengan kenyataan. Lalu apa tujuan "Pernikahan"? tak sekedar mengucap janji dihadapan Tuhan namun lebih pada diri sendiri. 

Menikah untuk memiliki teman hidup sampai akhir hayat? kalau diperjalanan nanti hubungan tak lagi membawa kebahagiaan, karena susah menjaga konsistensi sikap dan kasih sayang kita kepada pasangan seperti diawal cinta itu bersemi. Adanya  masalah keuangan, pekerjaan, atau adanya orang ketiga dalam hubungan, jelas hal tersebut juga akan menjadi batu kerikil dalam perjalanan rumah tanggamu. Sifat dan sikap seseorang pun akan bisa berubah seiring berjalannya waktu.

Menikah dan punya anak agar dapat mewarisi keturunan keluarga dan merawat kita di hari tua? Coba kalian lihat banyak ada kisah orang tua yang ditinggal anaknya dan tak terurus dihari tuanya karena sang anak mengurus hidupnya sendiri pun masih susah. Stop berpikiran anak adalah investasimu di hari tua. Bukan maksud anak untuk tega meninggalkan dan tidak mengurus orang tuanya, tapi sang anak juga dalam keadaan susah karna mungkin juga tidak bekerja, pendidikan kurang, dan mungkin juga menikah muda sehingga ada tanggung jawab keluarga kecil barunya. Jadi anak itu juga tanggung jawab yang berawal dari hubunganmu. Memang perlu perencanaan masa depan anak agar mereka nanti dapat mandiri dan bisa membatu keluarga maupun orang lain. Menurut saya jika jadi orang tua pun juga harus tetap mandiri menabung untuk hari tua kita agar tidak merepotkan anak kelak.

Masalah lainnya yang lebih pelik yaitu kekerasan dalam rumah tangga yang selalu dominan dialami oleh perempuan. Sikap superior yang ada pada laki-laki terlebih jika laki-laki yang menanggung semua kebutuhan keuangan keluarga tak jarang membuatnya merasa lebih berhak mengatur suatu hubungan. Memang sebutan laki-laki sebagai "Kepala Keluarga" namun Tubuh akan berfungsi jika adanya hubungan harmonis dan saling mengisi antara Kepala (suami) dengan Kaki Tangan (istri). Maka dari itu saya sebagai perempuan ingin mengajak perempuan lainnya untuk membekali diri dengan sikap dan keterampilan dalam artian di zaman hidup yg keras ini perempuan juga harus mampu menghasilkan uang untuk keluarga karna sebenarnya kebutuhan keuangan dan mengurus anak itu tanggung jawab bersama.

Bagaimana jika pernikahan tak membawa kebahagiaan? Sudah tak ada jalan lain selain bercerai? Kebanyakan perceraian masih menjadi "aib buruk" dan menjadi janda lebih di cap jelek daripada duda. Kenapa mesti takut bercerai jika itu adalah jalan terbaik daripada keduanya tetap bertahan walau sakit hanya demi "status" ? Bercerai bukanlah akhir dari hidupmu dan juga merusak masa depan anakmu, justru anakmu akan mengalami beban psikis jika terus melihat orang tuanya selalu bertengkar namun tetap bertahan karena demi anak. Anak pasti juga ingin melihat kedua orang tuanya selalu tersenyum.

Masalah lain dalam pernikahan juga bisa dikarenakan menikah muda karena hamil duluan (Married by accident). Pernikahan yang belum matang terpikirkan tapi terjadi karena nafsu sesaat. Belum lagi psikologis mereka yang belum siap menikah karena biasanya hal ini banyak dialami oleh remaja yang tergolong masih labil atau dalam masa peralihan. Banyak juga pernikahan remaja dilakukan karena mereka tertangkap tangan berbuat mesum (belum hamil) tapi langsung dinikahkan agar menjaga nama baik keluarga di masyarakat. Menurut saya itu bukanlah jalan keluarnya, malah nanti akan menimbulkan masalah yang lebih besar lagi bagi mereka berdua jika pernikahannya itu hanya sebuah paksaan. Masa remaja memang masa dimana rasa ingin tahu seseorang itu sangat besar termasuk tentang sex karna memang hormon seksual seseorang berkembang pesat dimasa itu. Itulah mengapa sex education itu sangat penting, bukan artian mengajak tapi mengenalkan dampak dari sex tanpa tanggung jawab.

Cinta itu memang berjuta rasanya, membahagiakan tapi juga menyakiti. Hubungan percintaan bukan hanya tentang rasa tapi juga tanggung jawab. Biarpun sedikit, logika itu memang perlu. Semoga tulisan saya ini bermanfaat dan memberikan gambaran tentang arti suatu hubungan terutama untuk anak-anak muda. Terimakasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Materialitas dan Bukti Audit

Pengujian dalam Audit

Pembelajaran merarik dari anime Kuzu no Honkai (Scum's Wish)