Gelap terang akan silih berganti, perjuanganku tidak akan pernah selesai Kartini



"Di senja ini aku menatap langit yang perlahan menghitam, teringat kejadian dimana hak atas tubuhku diambil paksa para lelaki itu. Kartini, aku tak punya senjata untuk melawan penjajah itu layaknya Cut Nyak Dhien dan tak sepertimu yang mendapat kesempatan mengenyam pendidikan, hanya berbekal tekad dan ideologi (emansipasi wanita) yang kau wariskan aku selalu berjalan tegap. Tubuhku yang terlihat kecil dan lemah seakan selalu memancing perilaku superioritas para lelaki. Ternyata tekad dan ideologiku tidak cukup melawan kuatnya tekanan fisik para lelaki itu. Mereka tidak peduli bagaimana prinsip dan ideologi wanita, karena bagi mereka wanita adalah objek, ya objek seksual mereka. Ironisnya lagi bukan hanya lelaki, tapi ada wanita juga yang membiasakan dan membiarkan pandangan busuk itu. Aku menangis berharap ideologimu ini tetap bisa menolongku. Kenyataanya cibiran dan pandangan masyarakat yang malah memojokkanku itu membuatku malu. Apakah tubuhku tidak cukup? ideologiku, bukan... ideologimu Kartini, itu sudah dipermalukan." Dari wanita yang hatinya lebih terkoyak dari pakaiannya.

Sebab fisik masih menjadi sumber kekuatan dan alasan lelaki merasa bisa dengan mudah menjajah perempuan. Maka kini perempuan mencoba membekali diri tak hanya dengan pendidikan tapi juga ilmu bela diri. Hal itu pun juga menuai kontroversi dari kaum pemikiran usang, mulai dari terkesan itu kegiatan yang menyalahi kodrat fisik wanita hingga yang lebih extrim adalah bela diri bisa merusak selaput dara wanita, seakan kita hidup di masyarakat yang sangat mengagungkan dan memuja selaput dara para wanita entah untuk tujuan apa.

Video porno dan prostitusi yang memperkuat anggapan bahwa perempuan itu objek seksual yang bisa dibeli dengan uang namun peran sang lelaki tidak ada yang mempertanyakan. Bukankah lebih murah dan bahkan gratis yang lelaki jika dia rela membayar sang wanita? tapi ingat yang kalian sewa dan bayar itu untuk sex/jasa bukan harga diri/martabat. Anggapan inilah yang membuat harga diri/martabat wanita ada pada tubuhnya. Jika begitu apa kasus pemerkosaan dan pelecehan itu bisa dengan mudah merenggut harga diri/martabat seseorang? Jika dia mengambil peran di video porno atau prostitusi dan menjadi korban pemerkosaan apakah otomatis kalian bisa menghina dan merendahkan mereka? Jika sex adalah perwakilan harga diri dan martabat seseorang maka semua orang seharusnya sudah kehilangan hal itu dan patut dihina.

Semoga di Hari Kartini ini, api ideologi Kartini terus berkobar pada seluruh perempuan karena perjuangan kita tidak akan pernah selesai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Materialitas dan Bukti Audit

Pengujian dalam Audit

Pembelajaran merarik dari anime Kuzu no Honkai (Scum's Wish)