Sampling Audit
I.
SAMPLING
AUDIT
Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap
kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi
dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok
transaksi tersebut. Auditor seringkali mengetahui dimana saldo-saldo akun dan
transaksi yang mungkin sekali mengandung salah saji. Auditor mempertimbangkan
pengetahuan ini dalam perencanaan prosedur auditnya, termasuk sampling audit.
Auditor biasanya tidak memiliki pengetahuan khusus tentang saldo-saldo akun
atau transaksi lainnya yang menurut pertimbangannya, perlu diuji untuk memenuhi
tujuan auditnya. Dalam hal terakhir ini, sampling audit sangat berguna.
A.
Tahapan Sampling Audit
Langkah-langkah
sampling dibagi dalam enam tahap:
1. Menyusun
Rencana Audit
Kegiatan
sampling audit diawali dengan penyusunan rencana audit. Pada tahap ini
ditetapkan:
- Jenis pengujian yang akan dilakukan, karena berpengaruh pada jenis sampling yang akan digunakan. Pada pengujian pengendalian biasanya digunakan sampling atribut, dan pada pengujian substantif digunakan sampling variabel.
- Tujuan pengujian, pada pengujian pengendalian untuk meneliti derajat keandalan pengendalian, sedangkan pengujian substantif tujuannya meneliti kewajaran nilai informasi kuantitatif yang diteliti.
- Populasi yang akan diteliti, disesuaikan dengan jenis dan tujuan pengujian yang akan dilakukan.
- Asumsi-asumsi yang akan digunakan dalam penelitian, terutama yang diperlukan untuk menentukan unit sampel dan membuat simpulan hasil audit, seperti tingkat keandalan, toleransi kesalahan, dan sebagainya.
2. Menetapkan
Jumlah/Unit Sampel
Tahap
berikutnya adalah menetapkan unit sampel. Jika digunakan metode sampling
statistik, unit sampel ditetapkan dengan menggunakan rumus/formula statistik
sesuai dengan jenis sampling yang dilakukan. Pada tahap ini hasilnya berupa
pernyataan mengenai jumlah unit sampel yang harus diuji pada populasi yang
menjadi objek penelitian
3. Memilih
Sampel
Setelah
diketahui jumlah sampel yang harus diuji, langkah selanjutnya adalah memilih
sampel dari populasi yang diteliti. Jika menggunakan sampling statistik,
pemilihan sampelnya harus dilakukan secara acak (random).
4. Menguji
Sampel
Melalui
tahap pemilihan sampel, peneliti mendapat sajian sampel yang harus diteliti.
Selanjutnya, auditor menerapkan prosedur audit atas sampel tersebut. Hasilnya,
auditor akan memperoleh informasi mengenai keadaan sampel tersebut.
5. Mengestimasi
Keadaan Populasi
Selanjutnya,
berdasarkan keadaan sampel yang telah diuji, auditor melakukan evaluasi hasil
sampling untuk membuat estimasi mengenai keadaan populasi. Misalnya berupa
estimasi tingkat penyimpangan/kesalahan, estimasi nilai interval populasi, dan
sebagainya.
6. Membuat
Simpulan Hasil Audit
Berdasarkan
estimasi (perkiraan) keadaan populasi di atas, auditor membuat simpulan hasil
audit. Biasanya simpulan hasil audit ditetapkan dengan memperhatikan/
membandingkan derajat kesalahan dalam populasi dengan batas kesalahan yang
dapat ditolerir oleh auditor. Jika kesalahan dalam populasi masih dalam batas
toleransi, berarti populasi dapat dipercaya. Sebaliknya, jika kesalahan dalam
populasi melebihi batas toleransi, populasi tidak dapat dipercaya.
II.
STATISTIKAL
DAN NONSTATISTIKAL SAMPLING
Standar Profesional Akuntan Publik pada Standar Pekerjaan
Lapangan ketiga menyatakan bahwa:
“Bukti
audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan”.
Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit yang dapat
dipilih auditor untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup. Kedua
pendekatan tersebut adalah:
a.
Sampling
statistik (statistical sampling)
b.
Sampling
nonstatistik (nonstatistical sampling)
Kedua pendekatan tersebut apabila diterapkan sebagaimana
mestinya akan menghasilkan bukti audit yang cukup. Kedua pendekatan tersebut
mengharuskan auditor untuk menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam
melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sampel, serta dalam
menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti audit lain
dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun atau kelompok transaksi yang
berkaitan.
Cukup atau tidaknya bukti audit berkaitan dengan, antara
lain desain dan ukuran sampel audit. Ukuran sampel yang diperlukan untuk
menghasilkan bukti audit yang cukup tergantung pada tujuan dan egisiensi
sampel. Untuk tujuan tertentu, efisiensi sampel berhubungan dengan desainnya.
Suatu sampel akan lebih efisien daripada yang lain jika sampel tersebut dapat
mencapai tujuan yang sama dengan ukuran sampel yang lebih kecil. Secara umum,
desain yang hati-hati akan menghasilkan sampel yang lebih efisien.
Penilaian kompetensi bukti tidak ditentukan oleh rancangan
dan penilaian atas sampel audit. Penilaian kompetensi bukti audit semata-mata
merupakan pertimbangan audit. Penilaian sampel hanya berkaitan dengan
kemungkinan bahwa keberadaan salah saji, atau penyimpangan moneter dari
kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang ditetapkan adalah
dimasukkan dalam sampel secara proporsional. Oleh karena itu, pemilihan metode
sampling statistik atau sampling non statistik tidak secara langsung
mempengaruhi keputusan auditor mengenai:
1.
Prosedur
audit yang akan diterapkan atas sampel yang dipilih.
2.
Kompetensi
bukti audit yang diperoleh berkaitan dengan item sampel individual.
3.
Tanggapan
auditor atas kesalahan yang ditemukan dalam item sampel.
Pemilihan antara kedua pendekatan tersebut didasarkan
terutama pada pertimbangan manfaat dan biaya. Auditor dapat menggunakan
sampling statistik atau sampling non statistik atau kedua-duanya dalam
melaksanakan pengujian audit.
III.
SAMPLING
DAN RISIKO AUDIT
Beberapa tingkat ketidakpastian secara implisit termasuk
dalam konsep “sebagai dasar memadai untuk suatu pendapat” yang diacu
dalam standar pekerjaan lapangan ketiga. Dasar untuk menerima beberapa
ketidakpastian timbul dari hubungan antara faktor-faktor seperti biaya dan waktu
yang diperlukan untuk memeriksa semua data dan konsekuensi negatif dari
kemungkinan keputusan yang salah yang didasarkan atas kesimpulan yang
dihasilkan dari audit terhadap data sampel saja. Jika faktor-faktor ini tidak
memungkinkan penerimaan ketidakpastian, maka alternatifnya hanyalah memeriksa
semua data. Karena hal ini jarang terjadi, maka konsep dasar sampling menjadi
lazim dalam praktik audit.
Ketidakpastian yang melekat dalam penerapan
prosedur-prosedur audit disebut risiko audit. Risiko audit adalah risiko yang
terjadi dalam hal auditor, tanpa disadarinya tidak memodifikasi sebagaimana
mestinya pendapatnya atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji
material. Risiko audit terdiri dari:
1. risiko [meliputi risiko bawaan
(inherent risk) dan risiko pengendalian (control risk)] bahwa saldo akun atau
golongan transaksi mengandung salah saji (disebabkan oleh kekeliruan atau
kecurangan) yang dapat menjadi material terhadap laporan keuangan apabila
digabungkan dengan salah saji pada saldo akun atau golongan transaksi lainnya,
2. risiko [risiko deteksi (detection
risk)] bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji tersebut. Pembahasan
berikut menjelaskan risiko audit dalam konteks tiga komponen risiko di atas.
Dengan menggunakan pertimbangan profesional, auditor menilai
berbagai faktor untuk menentukan risiko bawaan dan risiko pengendalian
(penentuan risiko pengendalian pada tingkat yang lebih rendah daripada tingkat
maksimum akan menuntut pelaksanaan pengujian atas pengendalian), dan melakukan
pengujian substantif (prosedur analitik dan pengujian atas rincian saldo-saldo
akun atau kelompok transaksi) untuk membatasi risiko deteksi.
Risiko
audit meliputi ketidakpastian yang disebabkan oleh sampling dan ketidakpastian
yang disebabkan oleh faktor-faktor selain sampling. Aspek-aspek risiko audit
adalah risiko sampling dan risiko nonsampling.
- Risiko sampling timbul dari kemungkinan bahwa, jika suatu pengujian pengendalian atau pengujian substantif terbatas pada sampel, kesimpulan auditor mungkin menjadi lain dari kesimpulan yang akan dicapainya jika cara pengujian yang sama diterapkan terhadap semua unsur saldo akun atas kelompok transaksi. Dengan pengertian, suatu sampel tertentu mungkin mengandung salah saji moneter atau penyimpangan dari pengendalian yang telah ditetapkan, yang secara proporsional lebih besar atau kurang daripada yang sesungguhnya terkandung dalam saldo akun atau kelompok transaksi secara keseluruhan. Untuk suatu desain sampel tertentu, risiko sampling akan bervariasi secara berlawanan dengan ukuran sampelnya: semakin kecil ukuran sampel, semakin tinggi risiko samplingya.
- Risiko nonsampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan dengan sampling. Seorang auditor mungkin menerapkan prosedur audit terhadap semua transaksi atau saldo dan tetap gagal mendeteksi salah saji yang material. Risiko nonsampling meliputi kemungkinan pemilihan prosedur audit yang tidak semestinya untuk mencapai tujuan audit tertentu. Sebagai contoh, pengiriman surat konfirmasi atas piutang yang tercatat tidak dapat diandalkan untuk menemukan piutang yang tidak tercatat. Risiko nonsampling juga muncul karena auditor mungkin gagal mengenali salah saji yang ada pada dokumen yang diperiksanya, hal yang akan membuat prosedur audit menjadi tidak efektif walapun ia telah memeriksa semua data.
Jenis
Pengujian Audit yang Mungkin Memerlukan Sampling
1.
Pengujian
pengendalian
2.
Pengujian
substantif atas transaksi
3.
Pengujian
atas rincian saldo
Sebagian besar konsep sampling untuk pengujian pengendalian
dan pengujian substantif atas transaki dapat juga diterapkan bagi sampling
pengujian atas rincian saldo. Dalam kedua kasus auditor ingin membuat
kesimpulan mengenai populasi secara keseluruhan berdasarkan sampel. Karena
pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, dan pengujian atas
rincian saldo. Untuk mengatasi resiko sampling, auditor dapat menggunakan
metode non statistik atau statistik atas ketifa jenis pengujian tersebut.
Perbedaan utama antara pengujian pengendalian, pengujian substantif atas
transaksi dan pengujian atas rincian saldo terletak pada apa yang ingin diukur
oleh auditor.
Jenis
Statistical Sampling
Ada
dua macam teknik sampling statistik, yaitu:
1.
Attribute
sampling
Teknik ini digunakan dalam pengujian
pengendalian. Kegunaanya adalah untuk memperkirakan tingkat deviasi atau
penyimpangan dari pengendalian yang ditentukan dalam populasi.
2.
Variables
sampling
Teknik ini digunakan dalam pengujian
substantif. Kegunaan variables sampling adalah untuk memperkirakan jumlah
rupiah total dari populasi atau jumlah rupiah kesalahan dalam populasi.
Resiko
Sampling
Auditor harus menerapkan pertimbangan profesional dalam
menentukan risiko sampling. Dalam menyelenggarakan pengujian substantif atas
rincian, auditor memperhatikan dua aspek dari risiko sampling:
1.
Risiko
keliru menerima (risk of incorrect acceptance), yaitu risiko mengambil
kesimpulan, berdasarkan basil sampel, bahwa saldo akun tidak berisi salah saji
secara material, padahal kenyataannya saldo akun telah salah saji secara
material.
2.
Risiko
keliru menolak ( risk of incorrect reject ion) , yaitu risiko mengambil
kesimpulan, berdasarkan hasil sampel, bahwa saldo akun berisi salah saji secara
material, padahal kenyataannya saldo akun tidak berisi salah saji secara
material.
Auditor juga memperhatikan dua aspek
risiko sampling dalam menyelenggarakan pengujian pengendalian jika ia
menggunakan sampling:
- Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of assessing control risk too low), yaitu risiko menentukan tingkat risiko pengendalian, berdasarkan hasil sample, terlalu rendah dibandingkan dengan efektivitas operasi pengendalian yang sesungguhnya.
- Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of assessing control risk too high), yaitu risiko menentukan tingkat risiko pengendalian, berdasarkan hasil sample, yang terlalu t inggi dibandingkan dengan efekt ivitas operasi pengendalian yang sesungguhnya.
Risiko keliru menolak dan risiko penentuan tingkat risiko
pengendalian yang terlalu tinggi, berkaitan dengan efisiensi audit. Sebagai
contoh, jika penilaian auditor atas sampel audit menuntunnya pada kesimpulan
awal yang keliru bahwa suatu saldo telah salah saji secara material, padahal
kenyataannya tidak demikian, penerapan prosedur tambahan dan pertimbangan atas
bukti-bukti audit yang lain biasanya akan menuntun auditor ke kesimpulan yang
benar. Sama halnya, jika penilaian auditor atas sampel menuntunnya pada
penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi, maka biasanya
auditor akan memperluas lingkup pengujian substantif untuk mengkompensasi
anggapannya atas ketidakefektivan pengendalian Walaupun audit dilaksanakan
kurang efisien dalam kondisi tersebut, namun tetap efektif.
Risiko keliru menerima dan risiko penentuan tingkat risiko
pengendalian yang terlalu rendah, berkaitan dengan efektivitas audit dalam
pendeteksian terhadap ada atau tidaknya salah saji yang material. Risiko-risiko
ini akan dibahas pada paragraf-paragraf selanjutnya.
IV.
STATISTIKAL
DAN NON STATISTIKAL SAMPLING DALAM PENGUJIAN PENGENDALIAN
1.
Sampling
Statistik
Untuk tujuan pertama biasanya digunakan sampling penemuan
(discovery sampling), sedangkan untuk tujuan kedua biasanya digunakan sampling
penerimaan (acceptance sampling). Berikut disajikan uraian mengenai ketiga
metode sampling tersebut, yaitu sampling atribut, sampling penemuan, dan
sampling penerimaan.
a. Sampling
Atribut
Metode sampling statistik yang lazim digunakan pada
pengujian pengendalian adalah sampling atribut, yaitu metode sampling yang
meneliti sifat non angka dari data, karena pada pengujian pengendalian fokus
perhatian auditor adalah pada jejak-jejak pengendalian yang terdapat pada
data/dokumen yang diuji, seperti paraf, tanda tangan, nomor urut pracetak,
bentuk formulir, dan sebagainya, yang juga bersifat non angka, seperti
unsur-unsur yang menjadi perhatian pada sampling atribut.
Sampling atribut bertujuan untuk membuat estimasi
(perkiraan) mengenai keadaan populasi. Namun demikian, dalam audit
kadang-kadang pengujian pengendalian tidak dimaksudkan untuk memperkirakan
keadaan populasi, melainkan misalnya untuk mengetahui:
1.
apakah
ada hal tertentu yang perlu mendapat perhatian pada populasi yang diteliti, atau
2.
menetapkan
akan menerima/menolak populasi yang diteliti.
Sampling atribut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
“menggunakan rumus statistik” dan “menggunakan tabel”. Namun yang lebih sering
digunakan adalah dengan menggunakan tabel. Tahapan dan proses pelaksanaan
sampling atribut yang menggunakan tabel dilaksanakan sebagai berikut:
a) Menyusun
Rencana Audit
Pada
tahap ini ditetapkan tujuan audit dan unsur-unsur yang diperlukan untuk
menentukan unit sampel, membuat hasil sampling dan simpulan hasil audit. Tujuan
umum pengujian pengendalian adalah untuk menentukan sikap mengenai keandalan
pengendalian intern auditi. Yang ditetapkan di sini adalah tujuan spesifik.
Unsur-unsur yang perlu ditetapkan terlebih dahulu untuk menentukan unit sampel
sesuai dengan tabel penetapan unit sampel yaitu:
1.
Risiko
sampling/ARO
2.
Toleransi
penyimpangan/TDR
3.
Perkiraan
kesalahan dalam populasi/EPDR
b) Menetapkan Jumlah (Unit) Sampel
Berdasarkan
perencanaan audit, auditor turun ke lapangan. Hal pertama yang dilakukan adalah
mendapatkan populasi, kemudian memastikan unitnya. Jika populasi sedikit
lakukan pengujian 100% (sensus). Jika banyak, dapat dilakukan pengujian secara
sampling.
c) Memilih Sampel
Setelah
diketahui jumlah sampel yang harus diuji, langkah selanjutnya adalah memilih
sampel dari populasi yang diteliti. Karena metode sampling yang digunakan
adalah sampling statistik, maka pemilihan sampel harus dilakukan secara acak
(random).
d) Menguji
Sampel
Sampel
yang telah diperoleh melalui pemilihan sampel, kemudian diuji dengan menerapkan
prosedur audit.
e) Mengestimasi Keadaan Populasi
Berdasarkan
keadaan sampel yang diuji, dibuat perkiraan banyaknya penyimpangan dalam
populasi.
f) Membuat Simpulan Hasil Audit
Setelah
keadaan populasi diperkirakan, dapatlah dibuat simpulan hasil audit, yaitu
berdasarkan perbandingan antara: “toleransi penyimpangan (TDR)” dengan “hasil
sampling”, yaitu perkiraan penyimpangan dalam populasi (CUDR).
b. Metode Sampling Statistik Lainnya
Berikut
ini diuraikan dua metode sampling statistik lain yang dapat digunakan untuk
pengujian pengendalian.
a. Sampling
Penemuan (Discovery/Exploratory Sampling)
Sampling
Penemuan adalah teknik sampling yang bertujuan untuk menemukan suatu kejadian
serius atau penyimpangan yang perlu mendapat perhatian dalam populasi yang
diuji. Sampling penemuan hendaknya diterapkan untuk menguji ketaatan terhadap
ketentuan yang tidak ada toleransi atas satu penyimpangan pun.
b. Sampling
Penerimaan (Acceptance Sampling)
Sampling
Penerimaan adalah teknik sampling yang bertujuan untuk menentukan sikap,
menerima (accept) atau menolak (reject) populasi. Unit sampelnya ditetapkan
dari Tabel Ukuran Sampel untuk Sampling Penerimaan. Hal yang harus ditetapkan
lebih dahulu, sehingga tabel itu dapat dipakai, adalah: unit populasi (N),
probabilitas penerimaan, dan estimasi penyimpangan dalam populasi (EPDR). Sikap
auditor ditetapkan dengan membandingkan acceptance number dengan jumlah
penyimpangan yang ditemukan dalam sampel:
1.
Jika
kesalahan dalam populasi tidak melebihi acceptance number, populasi diterima
2.
Jika
kesalahan dalam populasi melebihi acceptance number, populasi ditolak
Dalam
audit, menerima populasi berarti menyatakan pengendalian intern handal,
sebaliknya menolak populasi, berarti menyatakan pengendalian intern lemah.
2. Sampling
Non Statistik
Pada
sampling non statistik, unit sampel dan evaluasi hasil samplingnya dilakukan
berdasarkan judgement, tanpa menggunakan formula/rumus yang baku. Pemilihan
sampelnya boleh dilakukan secara acak dan non acak. Contohnya:
(1) Menyusun
Rencana Audit.
Yang
paling utama ditetapkan pada tahap ini adalah:
1.
Tujuan
audit, misalnya menilai ketaatan pengadaan barang dan jasa terhadap pagu
anggaran.
2.
Toleransi
penyimpangan (TDR), sebagai bahan pertimbangan untuk membuat simpulan hasil
audit, misalnya ditetapkan TDR = 2%.
(2)
Menetapkan
Unit Sampel
Unit
sampel (n) ditetapkan berdasarkan judgement, tanpa menggunakan rumus atau
formula tertentu, misalnya: n = 30 unit.
(3) Memilih
Sampel
Pemilihan
sampel boleh acak boleh pula tidak acak.
(4) Menguji
Sampel dan Mengestimasi Keadaan Populasi
Pengujian
sampel bertujuan untuk mengetahui keadaan sampel, misalnya dari sampel sebanyak
30 diatas ditemukan ada satu kegiatan pengadaan yang melebihi pagu anggaran. Tingkat
penyimpangan dalam sampel (sampling deviation rate/SDR) adalah 1/30 = 3,3%.
Kondisi ini dianggap sama dengan populasi.
(5) Membuat
Simpulan Hasil Audit
Simpulan
dibuat berdasarkan perbandingan SDR dan TDR. Dalam hal ini SDR > TDR,
berarti pengendalian pagu anggaran pengadaan lemah.
V.
RISIKO
SAMPLING DALAM PENGUJIAN SUBSTANTIF
Untuk sample yang dipilih secara random, resiko sampling ini
dapat ditentukan secara pasti. Untuk sample yang dipilih secara non random
resiko sampling tidak dapat ditentukan secara pasti. Risiko sampling berkaitan
dengan pengambilan simpulan atas populasi (keseluruhan data) yang hanya
didasarkan atas pengujian terhadap sampel. Risiko sampling terjadi jika sampel
tidak representatif terhadap populasinya. Untuk mengatasi hal ini, auditor
harus merencanakan sampling auditnya sedemikian rupa agar sampel menjadi
representatif. Auditor harus menerapkan pertimbangan profesional dalam
menentukan risiko sampling.
VI.
SAMPLING
PPS (PROBABILITY PROPORTIONAL TO SIZE)
1.
Menentukan
Tujuan Rencana Sampling
Tujuan rencana sampling PPS pada umumnya adalah untuk
memperoleh bukti bahwa saldo akun yang dicatat tidak salah saji secara
material. Auditor perlu melaksanakan pengujian lain pada sampel atau item-item
dalam populasi sebelum menyimpulkan bahwa seluruh asersi yang berkaitan dengan
akun tersebut telah bebas dari salah saji yang material.
2.
Menetapkan
Populasi dan Unit Sampling
Populasi terdiri dari kelompok transaksi atau saldo akun
yang diuji. Untuk setiap populasi, auditor harus memutuskan apakah seluruh item
tersebut akan diikutkan. Unit sampling dalam sampling PPS adalah rupiah itu
sendiri, dan populasinya adalah jumlah rupiah yang sama dengan jumlah total
rupiah pada populasi tersebut. Meskipun setiap rupiah tersebut merupakan dasar
pemilihan sampel, namun yang diuji auditor adalah akun, transaksi, dokumen,
atau item-item sejenis yang berkaitan dengan rupiah yang dipilih.
3.
Menentukan
Ukuran Sampel
Rumus
untuk menentukan ukuran sampel dalam sampling PPS adalah :
n = BV X RF
TM – (AM X EF)
BV = nilai buku populasi yang diuji
RF = faktor reliabilitas untuk resiko kesalahan penerimaan
TM = salah saji yang dapat ditoleransi
AM = salah saji yang diantisipasi
EF = faktor ekspansi untuk salah saji yang diantisipasi
n = BV X RF
TM – (AM X EF)
BV = nilai buku populasi yang diuji
RF = faktor reliabilitas untuk resiko kesalahan penerimaan
TM = salah saji yang dapat ditoleransi
AM = salah saji yang diantisipasi
EF = faktor ekspansi untuk salah saji yang diantisipasi
4.
Menentukan
Metode Pemilihan Sampel
Metode pemilihan sampel yang paling banyak digunakan dalam
sampling PPS adalah pemilihan sistematis. Metode ini memisahkan total populasi
dalam rupiah ke interval yang sebanding dengan rupiah. Dengan demikian,
interval sampling harus dihitung sebagai berikut : SI = BV –Ny
5.
Melaksanakan
Rencana Sampling
Dalam fase perencanaan, auditor memakai prosedur auditing
yang sesuai untuk menentukan nilai audit setiap unit logis yang ada dalam
sampel. Ketika terjadi perbedaan, auditor mencatat nilai buku dan nilai
auditnya dalam kertas kerja. Informasi ini kemudian digunakan untuk
memproyeksikan salah saji total dalam populasi.
6.
Mengevaluasi
Hasil Sampel
Dalam mengevaluasi hasil sampel, auditor memperhitungkan
batas atas salah saji (upper misstatement limit – UML) dari data sampel dan
membandingkannya dengan salah saji yang dapat ditoleransi tertentu dalam
perancangan sampel. Juka UML lebih kecil atau sama dengan salah saji yang dapat
ditoleransi, hasil sampel mendukung kesimpulan bahwa nilai buku populasi tidak
dicatat melebihi TM pada risiko kesalahan penerimaan yang ditetapkan. UML
dihitung sebagai berikut :
UML = PM + ASR
UML = PM + ASR
PM
= salah saji total yang diproyeksikan
dalam populasi
ASR
= cadangan risiko sampling
7.
Sampling
Variabel Klasik
Dalam
pendekatan ini, teori distribusi normal digunakan dalam pengevaluasian
karakteristik populasi berdasarkan hasil sampel yang digambarkan dari
populasinya. Sampling variabel klasik bermanfaat bagi auditor pada saat tujuan
audit berkaitan dengan kemungkinan kurang saji atau lebih saji dari saldo akun,
dan keadaan lain ketika sampling PPS tidak tepat atau tidak efektif.
8.
Estimasi
Mean Per Unit (MPU)
Sampling estimasi MPU mencakup penentuan nilai audit untuk
setiap item dalam sampel. Rata-rata nilai audit ini kemudian dihitung dan
dikalikan dengan jumlah unit dalam populasi yang ditemukan pada estimasi total
nilai populasi. Cadangan risiko sampling yang berkaitan dengan estimasi ini
juga dihitung untuk digunakan dalam mengevaluasi hasil-hasil sampel tersebut.
9.
Estimasi
Diferensiasi
Dalam sampling estimasi diferensiasi perbedaan dihitung
untuk setiap item sampel dari nilai audit item tersebut dikurangi nilai
bukunya. Rata-rata perbedaan ini kemudian digunakan untuk memperoleh estimasi
nilai total populasi, dan variabilitas perbedaan digunakan untuk menentukan
cadangan resiko sampling yang dicapai. Tiga kondisi berikut diperlukan dalam
penggunaan estimasi diferensiasi :
·
Nilai
buku setiap item populasi harus diketahui
·
Total
nilai buku populasi harus diketahui dan sesuai dengan jumlah nilai buku
item-item secaar individual
·
Terdapat
perbedaan yang besar antara nilai audit dan nilai buku yang diperkirakan
10.
Estimasi
Rasio
Dalam
sampling estimasi rasio, pertama auditor menentukan nilai audit untuk setiap
item dalam sampel. Berikutnya, rasio dihitung dengan membagi jumlah nilai audit
dengan jumlah nilai buku untuk item sampel tersebut. Rasio ini dikalikan dengan
total nilai buku untuk mendapatkan estimasi nilai populasi total. Cadangan
risiko sampling kemudian dihitung berdasarkan variabilitas rasio nilai audit
dan nilai buku item sampel secara individual.
Kelebihan dan Kekurangan Sampling Variabel Klasik
Kelebihan
utama sampel variabel klasik adalah :
1.
Sampel-sampelnya
lebih mudah untuk diperluas daripada sampel PPS, jika diperlukan
2.
Saldo
nol dan saldo yang bertanda berbeda tidak memerlukan pertimbangan perancangan
khusus
3.
Jika
ada perbedaan yang besar antara nilai audit dan nilai buku, tujuan auditor
dapat terpenuhihanya dengan ukuran sampel yang lebih kecil dibandingkan
sampling PPS
Sedangkan kekurangan utamanya adalah :
1.
Sampling
variabel klasik lebih rumit dibanding sampling PPS, umumnya, auditor memerlukan
bantuan program komputer untuk merancang sampel yang efisien dan mengevaluasi
hasil sample
2.
Untuk
menentukan ukuran sampel, auditor harus mempunyai estimasi penyimpangan standar
karakteristik yang populasi
Kelebihan
dan Kekurangan Sampling PPS
Kelebihan
sampling PPS adalah :
1.
Sampling
PPS umumnya lebih mudah digunakan daripada sampling variabel klasik karena auditor
dapat menghitung ukuran sampel dan mengevaluasi hasil sampel secara langsung atau
dengan bantuan tabel
2.
Ukuran
sampel PPS tidak didasarkan pada beberapa ukuran penyimpangan yang diestimasi
pada nilai audit
3.
Sampling
PPS secara otomatis menghasilkan sampel yang sudah distratifikasi karena
item-itemnya dipilih dalam proporsi pada nilai rupiahnya
4.
Pemilihan
sampel sistematis PPS secara otomatis menujukkan beberapa item yang secara
individual signifikan jika nilai-nilainya melebihi pisah batas atas moneter
5.
Jika
auditor memperkirakan tidak ada salah saji, sampling PPS biasanya akan
menghasilkan ukuran sampel yang lebih kecil daripada hasil dari sampling
variabel klasik
6.
Sampel
PPS lebih mudah dirancang, dan pemilihan sampel dapat dimulai sebelum tersedia
populasi yang lengkap
Sebaliknya,
sampling PPS mempunyai kekurangan sebagai berikut :
1.
Sampling
PPS mengandung asumsi bahwa nilai audit unit sampling harus tidak kurang dari
nol atau lebih besar dari nilai bukti.
2.
Jika
kekurangsajian ditunjukkan dalam sampel tersebut, evaluasi atas sampel tersebut
memerlukan pertimbangan khusus
3.
Pemilihan
saldo nol atau saldo dengan tanda yang berbeda memerlukan pertimbangan khusus
4.
Evaluasi
PPS dapat melebihi ASR jika salah saji ditemukan dalam sample
DAFTAR PUSTAKA
IAPI, Standar Profesional Akuntan Publik.
Halim, Abdul. 2008. Auditing, Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan.
Jilid 1. Edisi Keempat. Yogyakarta: Unit Penerbitan dan Percetakan Sekolah
Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Komentar
Posting Komentar